Setetes Air, Sejuta Harapan Warga Kunjoro

     Sering kali, kita begitu serakah dan tak menghargai akan nikmat yang diberikan Tuhan YME. Kadang pula kita tak bersyukur atas nikmat yang diberikanNya. Hal ini terjadi karena kebutuhan kita dipenuhi oleh Tuhan YME dengan begitu berlimpah. Padahal bisa saja Tuhan memberikan kepada kita nikmat yang begitu besar, hingga melebihi batas kita dan berakhir dengan sebuah derita tak lagi kenikmatan.


     Tak lain halnya AIR, Setetes air kadang sangat berati bagi sejuta orang. Kadang setetes air begitu diacuhkan oleh segelintir orang. Kadang tetesan itu bila terkumpul dan menjadi besar, menjadi bencana bagi manusia.

     Beberapa hari yang lalu, saya mendapatkan amanah untuk 'Siaga Distribusi Air Bersih' bersama relawan PMI Kabupaten Mojokerto di desa Kunjorowesi, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, yang berbatasan langsung dengan Gempol, Pasuruhan. 

     Medan yang kami lalui untuk menuju lokasi dengan kendaraan Roda 2, sedangkan air yang kami ingin distribusikan telah diangkut Tangki PMI Kab. Mojokerto lebih awal. Jalan yang tidak rata, naik turun bukit, dan debu yang siap menyerang kami menjadi pengantar menuju lokasi warga di bawah lereng gunung Penanggungan. Dibawah teriknya matahari, begitu tangki yang kami bawa sampai di lokasi, sekali klakson kami bunyikan berhamburan warga mendatangi kami dengan senyum gembira. Tak hanya kaum ibu-ibu, kakek-kakek tua dan anak-anakpun ikut berkumpul membariskan jerigen yang mereka bawa.


     Dibawah kekurangan yang diberikan Tuhan YME, sosok-sosok tua dan kaum hawa yang selama ini kita banyak beranggapan bahwa mereka lemah ternyata itu omong kosong. Hampir semua ibu-ibu yang ada disana satu jerigen besar (30liter) mengangkut menuju tempat tinggalnya dengan cara diletakkan di atas kepala mereka, bayangkan betapa beratnya jerigen yang penuh dengan air sebanyak 30liter tersebut. Hal ini terjadi tak hanya pada satu orang, namun dominan perempuan-perempuan disana mengangkut jerigen di atas kepala merek tanpa pernah jatuh. Coba bayangkan, bagaimana rasanya bila kita mengalami hal ini. Bolehkah saya memberikan gelar "Wanita Perkasa" kepada mereka? Itu baru satu keunikan yang saya dapatkan disana.





     Di tempat kekeringan, setetes air begitu bermanfaat bagi kehidupan mereka, mereka rela menunggu berjam-jam untuk mengantrikan jerigen mereka terisi air hingga penuh, padahal air yang mengalir itu tidak bisa memberikan harapan kepada mereka, apakah bisa penuh atau tidak. Seakan-akan hidup mereka semata-mata hanya untuk mengantri air bersih. Coba ingat dan bandingkan dengan kehidupan kita yang berlimpah air? Kita begitu tak menghargai air, kita dengan santai membiarkan air terbuang sia-sia, seperti saat kita sedang ingin mengisi bak penampungan air, apakah kita mau menunggu hingga penuh? Kebanyakan dari kita pasti lebih memilih untuk meninggalkannya hingga meluber, bahkan kita sering lupa untuk menutupnya kembali hingga banyak yang terbuang dengan sia-sia. Padahal bila kita tak mampu menghargai, merawat, dan sesukanya menggunakan nikmat Tuhan ini, Tuhan pasti bisa marah, dan akan menjadikan hal itu menjadi bencana bagi kita, seperti Banjir, Hujan deras, dll.


     Saat mengantri air, mereka yang kekurangan air rela bersengketa dengan tetangga mereka sendiri ketika mereka merasa kurang diadili dan emosi mereka lebih besar. Hingga pikiran bersih mereka hilang tertutupi emosi. Disela-sela istirahat dari pendistribusian air di dekat bak penampungan warga, saya melihat seorang anak kecil dengan memakai tutup jerigen menadahi tetesan air yang keluar dari kran bak tampungan air tersebut, dan selanjutnya mereka minum, disana banyak orang tua yang melihat namun dibiarkan, apa mereka tidak menghiraukan bahaya dari air yang diminum tanpa dimasak dahulu tersebut?

     Menjelang pulang, dijalan yang hanya muat untuk 1 mobil dengan jalan yang dengan kerikil-kerikil kecil yang membuat jalan bergelombang, saya tercengang dengan bangunan kokoh bertingkat di tengah-tengah rumah yang biasa. Bangunan itu adalah rumah warga sekitar, rumah yang bertingkat tiga itu terlihat begitu mewah. Didalamnya terlihat mobil ALPHART parkir menambah daya tarik tersendiri bagi saya, apa lagi terlihat sebuah motor NINJA RR parkir di balkon di tingkat tiga, subhanallah. Kapan saya bisa memiliki rumah begitu itu ya Allah... (Allahumma Sholi ala Sayidina Muhammad, Waalaali sayidina muhammad).



     Sekian yang dapat saya ceritakan sedikit dari kegiatan yang saya alami, semoga bermanfaat. Jangan lupa marilah kawan untuk lebih menghemat air, ingat mereka yang sedang kebingungan karena kekurangan air kawan.



     Wassalamu alaikum Wr. Wb










2 komentar

mari bang saling membantu, siapa tau menjadi ladang amal bagi kita

Tamu yang baik selalu meninggalkan komentar :) terima kasih
EmoticonEmoticon